mesothelioma lawyer boston,blog mesothelioma attorneys,arkansas mesothelioma attorney,best mesothelioma lawyers,mesothelioma lawyer massachusetts,mesothelioma attorney tennessee,asbestos cancer lawyers

Kegiatan dan Permainan untuk Meningkatkan Kecerdasan Verbal

Posted by Gya Edu Friday, March 25, 2016 0 comments
PEMBELAJARAN- Berikut beberapa kegiatan teratur yang dapat Anda lakukan bersama anak Anda untuk meningkatkan perkembangan verbal dan keterampilan linguistik dasar. Ketika melakukan kegiatan ini, Anda harus mengingat sejumlah faktor yang berkaitan dengan keterampilan verbal anak Anda, yaitu:

Penggunaan Bahasa yang Tepat dan Benar
Anda harus memperhatikan perkembangan kosa katanya sementara anak Anda berjuang untuk memperkaya  bahasa yang dia gunakan untuk mengungkapkan dirinya. Ketika dia mengembangkan pemahaman akan nuansa kata-kata, keterampilan verbalnya menjadi semakin tepat.

Standar Logika
Anda harus menjamin bahwa anak Anda tidak terbuai oleh bunyi kata-kata saja. Anak-anak perlu memahami logika tentang informasi mana yang paling berarti bagi audiens tertentu, dan untuk memperlihatkan bagaimana mereka akan menyampaikan informasi yang bermakna kepada audiens yang berbeda. Dari logika urutan, anak-anak belajar menggunakan logika formal dengan mengajukan argumen, memberi bukti pendukung, dan membuktikan suatu pendapat dengan contoh-contoh.
Anda harus menekankan penggunaan bahasa yang luwes dan kreatif, sehingga anak Anda menjadi ahli dalam menggunakan kata-kata dalam berbagai cara dab dalam mengembangkan pemikiran kreatif. Dia perlu mencoba berbagai cara untuk menyampaikan informasi secara efektif. Ketika anak Anda memeriksa suatu masalah, dia perlu menyelidiki berbagai jawaban yang mungkin untuk membantunya memikirkan tentang rencana-rencana yang baru.

Memberi Kesempatan untuk Bercakap-Cakap
Anak-anak belajar dengan meniru, dan tidak ada cara yang lebih baik untuk membuat mereka mempraktikkan keterampilan verbal mereka kecuali dengan menyuruhnya berbicara. Orang tua sering mengira bahwa dengan berada bersama anak mereka, anak itu akan memiliki kesempatan untuk bebricara. Lebih baik kita benar-benar menyediakan waktu untuk bercakap-cakap empat mata dengan anak yang kemudian akan terdorong untuk bersenda-gurau dengan orang dewasa. Dalam hal demikian, orang dewasa harus menahan diri dari ‘anggapan bahwa bicara kurang penting didengar’ atau menggunakan bahasa bayi, karena hal ini telah terbukti dapat menghambat kemajuan berbicara yang normal. rang tua sering banyak memberi takanan pada bacaan dan pekerjaan sekolah anak, dan melupakan pentingnya belajar berkomunikasi.

Berikut adalah beberapa kegiatan dan permainan yang akan meningkatkan penggunaan kata-kata dan kreativitas  anak Anda, yang pada akhirnya akan membantu mengembangkan keterampilan verbalnya.

1.  Melengkapi Cerita
2.  Asosiasi Kata
3.  Memainkan Cerita
4.  Kata-kata Bersajak
5.  Bualan Kamus
6.  Pembacaan Puisi
7.  Menciptakan Sendiri Nyanyian Anda
8.  Bermain Permainan Kata-Kata
9.  Baby Boggle
10. Tangga Kata
11.  Teka-Teki Silang Bayi

Demikian informasi yang dapat admin bagi, semoga bermanfaat:D

Baca Selengkapnya ....

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Posted by Gya Edu Saturday, March 5, 2016 0 comments
Fokus pembelajaran berbasis masalah adalah aktivitas peserta didik secara individual maupun kelompok dalam menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis, serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1.         Mengorientasikan Peserta Didik terhadap Masalah
·         Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.
·         Pendidik memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.
2.         Mengorganisasi Peserta Didik untuk Belajar
·         Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya
3.         Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok
·         Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
·         Kemudian melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
4.         Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
·         Pendidik membantu peserta didik untuk berbagi tugas.
·         Pendidik membantu merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
5.         Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

·         Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan

Baca Selengkapnya ....

Pembelajaran Berbasis Masalah

Posted by Gya Edu Friday, March 4, 2016 0 comments
PEMBELAJARAN- Tujuan utama pembelajaran Berbasis Masalah bukanlah penyampaian sejumlah besar fakta kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan sekaligus mengembangkan pengetahuannya. Pembelajaran berbasis masalah juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik yang dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi dalam mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Prinsif utama pembelajaran berbasis masalah adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan pengetahuan. Masalah nyata merupakan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Penggunaan masalah nyata dapat mendorong minat dan keingintahuan peserta didik karena mereka mengetahui kebermanfaatan pengetahuan yang dipelajari.
Pemilihan masalah nyata dalam pembelajaran berbasis masalah dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar tertentu dan potensinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem) yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengeksplorasinya. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan rumus atau strategi tertentu, melainkan memerlukan informasi lebih lanjut untuk memahami atau memerlukan kombinasi beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.




Baca Selengkapnya ....

Bagaimana Langkah-Langkah Model Pembelajaran Penemuan?

Posted by Gya Edu 0 comments
PEMBELAJARAN- Secara keseluruhan, langkah-langkah model pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut.

1.         Pemberian Rangsangan
Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
2.         Identifikasi Masalah dan Merumuskan Hipotesis
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3.         Pengumpulan Data
Ketika eksplorasi berlangsung, pendidik juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4.         Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5.         Pembuktian
Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data. Selain itu, bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, atura atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6.         Menarik Simpulan/Generalisasi
Tahap generalisasi/menarik simpulan adalah proses menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsif umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan prinsif-prinsif yang mendasari generalisasi. Demikian informasi yang bisa admin bagi, semoga bermanfaat :D

Baca Selengkapnya ....

Apa Saja Tahapan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah atau Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia?

Posted by Gya Edu Thursday, March 3, 2016 0 comments
K13- Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran melibatkan lima keterampilan proses yang esensial, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kelima tahapan tersebut disingkat dengan 5M.

1.        Mengamati
Tahap mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Tahap ini menuntut tersedianya objek secara nyata. Tanpa objek, tentulah aktivitas mengamati tidak dapat dilaksanakan. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan mengamati, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tahap mengamati dilakukan dengan mengamati teks (berbentuk lisan atau tulis), untuk mengidentifikasi kata, ungkapan, istilah dalam teks atau struktur isi dan ciri bahasa dari teks yang dibaca/disimak atau mengamati objek, peristiwa, atau fenomena yang hendak ditulis
2.        Menanya
Aktivitas mengamati yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan cermat, akan muncul persepsi tentang objek yang diamati. Ada persepsi yang jelas, samar-samar, bahkan kemungkinan gelap, sehingga memunculkan banyak pertanyaan. Menanya adalah membatasi masalah, merumuskan pertanyaan, serta merumuskan jawaban sementara terhadap pertanyaan berdasarkan pengetahuan data/informasi terbatas yang telah dimiliki. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pendidik untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi peserta didik, kesempatan bertanya merupakan saat yang berguna karena saat itu peserta didik memusatkan seluruh perhatian untuk memahami sesuatu yang baru. Setiap pertanyaan yang diutarakan menunjukkan bahwa peserta didik menyadari adanya suatu masalah.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setiap pendidik wajib menumbuhkan keberanian atau rasa percaya diri peserta didik untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan hasil persepsi mereka sewaktu melakukan kegiatan mengamati. Pertanyaan dari peserta didik ini akan dijawab oleh peserta didik yang lain dan diberi penguatan oleh pendidik dengan menggunakan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Substansi pertanyaan, kualitas pertanyaan, bahasa, suara, dan kesopanan menjadi fokus pengamatan dalam kegiatan menanya.
3.    Mencoba
Kegiatan mencoba adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan penggunaan pancaindera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsif sesuai dengan kompetensi mata pelajaran.
Dalam kegiatan mencoba, pendidik (1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsif belajar dari aneka sumber, (2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan (5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setiap peserta didik wajib mencoba menyusun teks sesuai dengan struktur isi dan ciri bahasa dari tipa-tiap jenis teks atau sekedar mencoba mencari teks yang memiliki kesamaan dari segi struktur isi atau ciri bahasanya.Kegiatan mencoba ini akan memperkuat pemahaman peserta didik terhadap konsep yang telah dipelajari.


4.    Menalar
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Salah satu aktivitas penting dalam penalaran adalah kegiatan analisis dan penilaian. Analisis dilakukan dengan melihat persamaan dan perbedaannya, menganalisis kesesuaian dan ketidaksesuaiannya, mengidentifikasi kebenaran pernyataan-pernyataannya, mengidentifikasi kebenaran tesis dan argumennya, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik wajib melakukan kegiatan menalar melalui diskusi, yaitu mendiskusikan hasil temuannya atau hasil karyanya.
5.    Mengomunikasikan
Pada tahap ini, peserta didik memaparkan hasil pemahamannya terhadap suatu konsep/bahasan secara lisan atau tertulis. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan presentasi laporan hasil percobaan, mempresentasikan peta konsep, dan lain-lain.


Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setiap peserta didik dituntut untuk mempublikasikan temuannya/kajiannya dalam beragam media. Misalnya, melalui prsentasi dalam forum diskusi, dapajang di majalah dinding kelas/sekolah, dimuat dalam majalah sekolah atau media massa baik cetak maupun online.


Baca Selengkapnya ....

Pentingnya Kecerdasan Linguistik-Verbal

Posted by Gya Edu Wednesday, March 2, 2016 0 comments
PENGETAHUAN- Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi, melainkan juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, dan pendapat seseorang. Bahkan, seandainya Anda tidak mengaharapkan anak Anda untuk menjadi seorang orator, menjadi cerdas dalam kata-kata merupakan kemampuan yang sangat menentukan yang memungkinkan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain pada tataran intelektual dan sosial. 

Pentingnya memiliki kemampuan verbal ini jelas. Pada tataran umum, seseorang tidak dapat berharap untuk berinteraksi atau menyampaikan pikirannya dengan mudah tanpa penggunaan kata-kata. Bayangkan berapa kali Anda terpesona oleh seseorang dengan keterampilan vokal yang kuat dan sebaliknya dibuat bosan oleh pembicara yang lemah. Masyarakat kita dengan jelas menekankan pentingnya bagaimana seseorang berbicara, dan seseorang dengan keterampilan linguistik-verbal yang lemah akan merugi.
Salah satu orang terkenal dunia yang memiliki kecerdasan linguistik-verbal ialah Oprah Winfrey, produsen dan penyelenggara The Oprah Winfrey Show, (acara yang paling disukai dalam sejarah televisi), adalah sebuah contoh mengenai seseorang dengan kemampuan linguistik-verbal yang luar biasa. Pertunjukkannya ditonton oleh 33 juta pemirsa setiap minggunya di Amerika Serikat dan ditayangkan di 135 negara. Dia menggunakan pertunjukkannya untuk mencerahkan, menghibur, memberdayakan pemirsanya, dan telah menerima berbagai penghargaan sebagai penyelenggara pertunjukan terkemuka.
So, kecerdasan linguistik-merupakan kecerdasan dasar yang digunakan oleh manusia untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainnya. Demikian informasi yang singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua:D

Baca Selengkapnya ....

Apakah yang Dimaksud dengan Kompetensi Inti (KI)?

Posted by Gya Edu 0 comments
K13- Kompetensi Inti (KI) adalah operasionalisasi atau jabaran lebih lanjut dari SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya, sehingga memenuhi prinsif belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi  dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama, sehingga terjadi proses saling memperkuat.
KI dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap spritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dalam pengembangan kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap spritual dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).

Demikian informasi tentang Kompetensi Inti (KI) ini, semoga bermanfaat dan bersemangat:D

Baca Selengkapnya ....

Apakah yang Dimaksud dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)?

Posted by Gya Edu Tuesday, March 1, 2016 0 comments
KURIKULUM 2013- adalah penyempurnaan dan penguatan terhadap kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu aspek yang disempurnakan dalam Kurikulum 2013 adalah standar kompetensi lulusan (SKL).

SKL adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu, SKL juga digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. SKL terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
SKL adalah tolak ukur atau kriteria sukses belajar peserta didik pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu, rumusan SKL itu sama untuk setiap jenjang pendidikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa SKL itu adalah profil lulusan, yaitu sebuah kompetensi impian yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan pada jenjang tertentu.
SKL merupakan gambaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diimpikan dimiliki oleh setiap peserta didik yang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan tertentu. SKL merupakan kompetensi yang harus dikuasai atau dimiliki oleh peserta didik ketika lulus pada jenjang tertentu. Ini artinya, SKL SD adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik yang telah lulus jenjang SD. SKL SMP adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik yang telah lulus jenjang SMP. Dan SKL SMA adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik yang telah lulus jenjang SMA.
SKL dalam Kurikulum 2013 tidak berbasis mata pelajaran, ini karena SKL untuk semua mata pelajaran pada semua kelas pada jenjang tertentu adalah sama. Inilah yang membedakan SKL Kurikulum 2013 dengan SKL KTSP. SKL KTSP berbasis mata pelajaran, sehingga rumusan SKL tiap mata pelajaran berbeda.

Demikian informasi seputar Kurikulum 2013, semoga bermanfaat:D

Baca Selengkapnya ....
credit for cara membuat email - Copyright of Informasi Pendidikan Nasional.